VCT
merupakan kepanjangan dari Value
Clarification Technique. Menurut Sanjaya (Tanireja, 2011:87-88) Teknik Mengklarifikasi Nilai atau
sering disingkat VCT merupakan teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam
mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu
persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam
diri siswa.
Hall (Adisusilo, 2012: 145)
mengartikan VCT sebagai “By value
clarification we mean a methodology or process by which we help a person to
discover values through behavior, feelings, ideas, and through important
choices he has made and is continually, in fact, acting upon in and through his
life.”Artinya “dengan klarifikasi nilai, peserta didik tidak disuruh
menghafal dan tidak “disuapi” dengan
nilai-nilai yang sudah dipilihkan pihak lain, melainkan dibantu untuk
menemukan, menganalisis, mengembangkan, memilih, mengambil sikap dan
mengamalkan nilai-nilai hidupnya sendiri. Peserta didik tidak dipilihkan nilai yang
baik dan benar untuk dirinya, melainkan diberi kesempatan untuk menentukan
pilihan sendiri nilai-nilai mana yang mau dikejar, diperjuangkan dan diamalkan
dalam hidupnya.
VCT juga
sering disebut sebagai pendidikan nilai-moral. Menurut Mulyana (2004: 99) nilai
adalah makna yang ada di belakang fenomena kehidupan. Beberapa definisi nilai
menurut para ahli (Lubis, 2008: 16-17) yaitu :
1)
Milton Roceach dan James Bank mengemukakan nilai
adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem
kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan,
atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan
dipercayai.
2)
Fraenkel mendefinisikan nilai adalah standar tingkah
laku, keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia dan
sepatutnya dijalankan dan dipertahankan.
3)
Sidi Gazalba mengartikan nilai adalah sesuatu yang
bersifat abstrak, dan ideal. Nilai bukan benda konkret, bukan fakta, tidak
hanya sekedar soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, yang
disenangi dan tidak disenangi.
Menurut Mulyana (2004: 103) Pendidikan sebagai
wahana untuk memanusiakan manusia terikat oleh dua misi penting, yaitu hominisasi dan humanisasi. Sebagai
proses hominisasi, pendidikan berkepentingan untuk memposisikan manusia sebagai
makhluk yang memiliki keserasian dengan habitat ekologinya. Pendidikan sebagai
proses humanisasi mengarahkan manusia untuk hidup sesuai dengan kaidah moral,
karena manusia hakikatnya adalah makhluk yang bermoral.
Hakam (Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan: 2007: 65) mengungkapkan bahwa pendidikan nilai
adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut moral dan sudut
pandang non moral, meliputi astetika, yakni menilai objek dari sudut pandang
keindahan dan selera pribadi, dan etika yaitu menilai benar atau salahnya dalam
hubungan antar pribadi. Nilai dan pendidikan merupakan dua hal yang satu sama
lainnya tidak dapat dipisahkan. Secara umum, hubungan nilai dengan pendidikan
dapat dilihat dari tujuan pendidikan itu sendiri. Sifat nilai yang mewakili
beragam tindakan pendidikan membuat tujuan pendidikan di banyak negara secara
umum mengandung aspek nilai yang sama.
Beberapa
definisi pendidikan nilai menurut para ahli (Elmubarok,2008: 12) yaitu :
1)
Sastraprateja memberikan definisi pendidikan nilai
adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang.
2)
Mardimadja mendefinisikan pendidikan nilai sebagai
bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta
menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya.
3)
Sukanta mendefinisikan pendidikan nilai adalah ruh
pendidikan itu sendiri, jadi dimanapun diajarkan pendidikan nilai akan muncul
dengan sendirinya.
Menurut
Adisusilo (2012:56) nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku,
sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu dipandang baik, bermanfaat dan paling
benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan
menurut Fraenkel (1977: 6) “ A Value is
an idea a concept about what someone thinks is important in life.”
Diartikan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “nilai merupakan ide, konsep
berpikir seseorang yang penting dalam kehidupan sehari-hari.”
Dapat disimpulkan
bahwa VCT atau Value Clarification
Technique digunakan untuk mengungkapkan hal-hal yang sering tidak dapat
diungkapkan oleh penilaian biasa seperti tes, karena VCT lebih menekankan
kepada nilai sikap dan moral. Suatu
nilai itu dapat berguna dan dipandang
baik oleh orang.
a. Tujuan VCT
1)
Menurut Taniredja, dkk (2011: 88), tujuan
menggunakan VCT dalam pembelajaran Pendidikan Keawarganegaraan yaitu :
a)
Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai,
sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan
dicapai.
b)
Menanamkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat
maupun sifat yang positif maupun yang negative untuk selanjutnya ditanamkan kea
rah peningkatan dan pencapaian target nilai.
c)
Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional dan
diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa
sebagai proses kesadaran moral bukan kewajiban moral.
d)
Melatih siswa dalam menerima – menilai nilai dirinya dan posisi nilai orang
lain, menerima serta mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan yang
berhubungan dengan pergaulannya dan kehidupan sehari-hari.
2)
Winecoff (1987: 5), “ the goal of the Values Clarification Models to help students produce
their level of “value confusion” and develop a consistent value system upon
which to make choices.”
Artinya, “tujuan model klarifikasi nilai
adalah untuk membantu siswa mengembangkan sistem nilai yang konsisten untuk
membuat pilihan.”
3)
Menurut Mulyana (2004: 119), tujuan pendidikan nilai yaitu secara umum
dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan
mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam
kehidupan.
4)
Menurut APEID (Asia and the Pasific
Programme of Educational Innovation for Development) (Mulyana2004: 120),
tujuan pendidikan nilai secara khusus yaitu untuk:
a)
Menerapkan pembentukan nilai kepada anak
b)
Menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan
c)
Membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut.
5)
Menurut Elmubarok (2008: 16) mengungkapkan tujuan
pendidikan nilai secara global adalah mencapai manusia yang seutuhnya atau
manusia purnawan, jika menggunakan bahasa Driyarkara.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan
VCT adalah untuk membantu peserta didik menemukan suatu nilai untuk mencapai
target yang diinginkan. Selain itu juga untuk menghasilakan suatu sikap yang
yang berkaitan dengan nilai-nilai yang ada sehingga menjadi kesadaran moral
b. Kelebihan dan Kelemahan VCT
1)
Kelebihan
VCT
Menurut Djahiri (Taniredja, 2011:91),
VCT memiliki keunggulan untuk pembelajaran afektif karena:
a)
Mampu
membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah internal slide.
b)
Mampu
mengklarifikasi/ menggali dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan
selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan makna/ pesan nilai/
moral.
c)
Mampu
mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa, melihat nilai yang
ada pada orang lain dan memahami nilai moral yang ada dalam kehidupan nyata.
d) Mampu mengundang, melibatkan, membina
dan mengembangkan potensi diri siswa terutama mengembangkan potensi sikap.
e)
Mampu
memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai kehidupan.
f)
Mampu
menangkal, meniadakan mengintervensi dan memadukan berbagai nilai moral dalam
sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang.
g)
Memberi
gambaran nilai moralyang patut diterima dan menunutun serta memotivasi untuk
hidup layak dan bermoral.
Casteel
(Adisusilo, 2012: 151) mengemukakan ada enam alasan mengapa pendidik sebaiknya
menggunakan VCT dalam pembelajaran nilai di kelas, yaitu :
a)
Value clarification enhances the
ability of students to communicate their ideas beliefs, values, and feelings.
b)
Value clarification enhances the
ability of students to empathize with other person, especially those
circumstances may differ significantly from their own.
c)
Value clarification enhances the
ability of students to resolve problems as they arise.
d) Value clarification enhances the ability of students to assent and
dissent as a member of a sosial group.
e)
Value clarification enhances the
ability of students to engage in decision making.
f)
Value clarification enhances the the
ability of students to hold and use consistent beliefs and disbeliefs.
Secara singkat VCT sangat berguna bagi
peserta didik untuk berlatih mengkomunikasikan keyakinan, nilai hidup,
cita-cita pribadi pada teman sejawat, berlatih berempati pada teman lain bahkan
yang mungkin berbeda keyakinannya, berlatih memecahkan persoalan dilema moral, berlatih
untuk setuju atau menolak keputusan kelompok, berlatih terlibat dalam membuat
keputusan ataupun mempertahankan atau melepas keyakinannya. VCT juga memberikan
nilai moral yang dapat diterima dan memotivasi untuk hidup layak dan bermoral.
1)
Kelemahan
VCT
Menurut Taniredja (2011: 92)
kelemahan-kelemahan VCT adalah sebagai berikut:
a)
Apabila
guru tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta didik dengan keterbukaan,
saling pengertian dan penuh kehatangan maka siswa akan memunculkan sikap semu
atau imitasi/ palsu. Siswa akan bersikap menjadi siswa yang sangat baik/ ideal
patuh dan penurut namun hanya bertujuan untuk menyenangkan guru atau memperoleh
nilai yang baik.
b)
Sistem
nilai yang dimiliki dan tertanam guru, peserta didik dan masyarakat yang kurang
atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya target nilai baku yang ingin
dicapai/ nilai etik.
c)
Saat
dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengajar terutama memerlukan kemampuan/
ketrampilan bertanya tingkat tinggi yang mampu mengungkap dan menggali nilai
yang ada dalam diri peserta didik.
d)
Memerlukan
kreativitas guru dalam menggunakan media yang tersedia di lingkungan terutama
yang aktual dan faktual sehingga dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta
didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar