Liana Arum Purwitasari

tanpa tanda jasa
SELAMAT DATANG DI BLOG LIANA ARUM PURWITASARI

Rabu, 25 April 2012


C.   Lingkungan Eksternal Sekolah
Kita tahu bahwa sekolah bernaung dalam suatu wilayah eks-
ternal yang dihuni oleh kumpulan manusia bernama masyarakat.
Gejala timbal balik baik dari sekolah kepada masyarakat maupun
sebaliknya merupakan realitas keseharian yang akan selalu terjadi.
Keberadaan  sekolah  di  lingkungan  masyarakat  kota  akan
jelas   mempengaruhi   orientasi   pendidikan   tersebut   dibanding
dengan  sekolah  yang  terletak  di  lereng  gunung.  Baik  dari  segi
kuantitas peserta didik, maupun kompleksitas kegiatan yang ter-
jadwal  pada  kegiatan-kegiatan  akademik  di  sekolah.  Tentunya
tidak mungkin, sekolah "lereng gunung" mengembangkan ekstra-
kulikuler  yang  luar  biasa  padat  dan  wajib  diikuti  oleh  seluruh
siswa.
Selain   itu   aspek   kelas   sosial   juga   memberikan   pengaruh
evaluasi  belajar  yang  dilakukan  oleh  seorang  guru.  Hasil  sebuah
pengamatan ilmiah menegaskan ada hubungan kuat antara status
orang  tua  siswa  dengan  prestasi  akademis.  Selain  itu  mobilitas
aspirasi  siswa,  kecenderungan  putus  sekolah,  partisipasi  siswa
dalam kegiatan ekstrakurikuler, tingkah laku pacaran siswa serta
pola  persahabatan  di  kalanngan  siswa  tampaknya  juga  dipenga-
ruhi  oleh  karakter  sosial  ekonomis  orang  tua  siswa  (Faisal  dan
Yasik, 1985 : 77).
Kontribusi  berikutnya  adalah  benturan  konflik  antarperan
tenaga   kependidikan   dengan   posisi-posisi   lain   di   masyarakat.
Getzel  dan  Guba  menemukan  bahwa  banyak  harapan-harapan
yang terkait dengan posisi guru, pada kenyataannya telah berbenturan dengan harapan posisi lain di luar persekolahan (faisal dan
Yasik,  1985  :  79).  Dampak  dari  konflik  ini  kadang  mengganggu
stabilitas  individu  atau  bisa  jadi  dapat  meluas  pada  segi-segi
materiil  di  lingkungan  sekolah.  Seorang  guru  olah  raga  yang
sedang  menjadi  wasit  pertandingan  sepak  bola  antar-kecamatan
tentunya    akan    menghadapi    tuntutan    masyarakat    mengenai
kemungkinan  diizinkannya  penggunaan  fasilitas  sekolah.  Akan
tetapi  dua hari  yang lalu sang guru tersebut baru saja mendapat
himbauan   keras   dari   kepala   sekolah   agar   berhati-hati   dalam
menjaga  perlengkapan  olah  raga  milik  sekolah.  Peringatan  ter-
sebut  bukan  tak  beralasan,  akan  tetapi  didukung  sebuah  fakta
tentang  peristiwa  kehilangan  beberapa  peralatan  seminggu  yang
lalu.  Fenomena  tersebut  jelas  menyokong  suatu  posisi  bahwa
konflik antarperanan di dalam sekolah dengan lingkungan ekster-
nal merupakan sumber potensial utama dari lahirnya ketegangan
di kalangan praktisi pendidikan, khususnya guru.
Melalaui  analisis  sosiologis,  para  praktisi  pendidikan  bisa
secara  realistis  peka  mengkaji  kekuatan-kekuatan  majemuk  yang
berlangsung dalam konteks penyelenggaraan pendidikan. Dengan
kekuatan analisis-analisis sosiologis para praktisi pendidikan bisa
lebih jeli memperhitungkan faktor-faktor organisasi, budaya, dan
personal di lingkungan kerjanya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar